Langsung ke konten utama

Kemerdekaan RI ke 77 di PP. Nahdlatussubban

Poto : Rio Panka Husada 

Peringatan HUT Republik Indonesia yang ke-77 akan dilaksanakan dengan berbeda. Pasalnya, seluruh santri dan guru di Pondok Pesantren Nahdlatussubban akan melaksanakan Upacara Peringatan Detik-detik Proklamasi Republik Indonesia secara mandiri di halaman Pondok. 

Rabu pagi (17/8), mulai pukul 09.00 wib, seluruh santri Pondok Pesantren Nahdlatussubban, Arjowinangun Pacitan sudah rapi dan bersiap mengikuti Upacara. Tepat pada pukul 09.45 wib, seluruh santri dan guru yang hadir mengikuti prosesi upacara dengan khidmat. 

Menurut Sapto Bani, salah satu guru Pondok, menyatakan bahwa diadakannya upacara ini sebagai wujud syukur atas kemerdekaan Negara ini yang telah diperjuangkan dengan jiwa, raga, dan nyawa oleh para pendahulu, para pahlawan, dan terutama para kiai yang turut andil dalam kemerdekaan bangsa ini. 

Kegiatan ini diikuti oleh seluruh santri, baik putra maupun putri. Para santri memakai seragam atasan putih dan bawahan gelap. Untuk santri putra ditambah dengan hiasan sarung yang melingkar di pinggang, seperti pakaian Melayu. Sedangkan santri putri memakai jilbab gelap yang senada dengan rok yang dipakai. 

Setelah kegiatan tersebut, seluruh santri masih memiliki kegiatan dalam rangka memerintahkan Dirgahayu Republik Indonesia ke-77, yaitu perlombaan. Mulai dari lomba baca teks proklamasi, lomba pidato, lomba voli, lomba egrang, dan lain-lain.


Penulis : Yumna Khiyarotun Nisa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH PONDOK PESANTREN NAHDLATUSSUBBAN ARJOWINANGUN PACITAN

Pesantren Nahdlatussubban berdiri sejak tanggal 9 Juli 1964 M. Pesantren yang berada di Desa Arjowinangun Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan yang biasa disebut dengan julukan Lor Jere. Pesantren yang terbentuk dengan kealiman dan keuletan sosok yang menjadi panutan, contoh dan teladan bagi para santri dan masyarakat, beliau adalah putra pertama dari lima bersaudara. Ayah beliau bernama KH. Mohammad Ja’far. Beliau mengenyam pindidikan di Bleber Sidoarjo Pacitan (sekarang menjadi SD IIC) setelah selesai dari satu tempat, beliau kembali mencari nurillahi dengan berkelana dari Kota Pace menuju ke sebuah daerah dengan sebutan Surakarta Hadiningrat atau sekarang bernama Solo. Beliau mengenyam pendidikan di Pesantren Mamba”ul Ulum. Saat mengenyam pendidikan, beliau juga membuat beberapa karangan-karangan yang masih ada sampai sekarang dan dipelajari hingga di luar negeri. Salah satu karangan beliau adalah syair dalam bentuk tulisan Pegon dengan memakai bahasa jawa. Dalam karangan b

JADWAL IMSAKIYAH WILAYAH KABUPATEN PACITAN 1445 H

  Link Download

KH. MASDUKI DJA'FAR

Alm. KH. Masduki Dja'far bukanlah kiai ndeso, bukanhanya kiai domestik tapi juga kiai Mancanegara, terbukti dengan wawancara kami dengan salah satu murid beliau yang sekarang menjadi tokoh didaerahnya (Nur Sambudi). Ia mengatakan bahwa salah satu kitab karangan KH. Masduki Dja'far yang berjudul Mitro Sejati dipelajari di luar negeri, tepatnya di Malaysia dan Singapura.