Langsung ke konten utama

dari Nahdlatussubban menuju Nahdlatul Ulama



Agenda Silaturrahmi selanjutnya adalah di Pondok yang menjadi asal usul Organisasi Masyarakat Nahdlatul Ulama. Pondok Pesantren Tebuireng Jombang adalah Lembaga Pendidikan Pesantren yang didirikan oleh Hadratussyaikh M. Hasyim Asy’ari, yang mana cucu dari Pendiri PP. Tebuireng telah menjadi Tokoh Nasional dan Internasional. KH. Abdurrahman Wahid atau Guz Dur adalah Presiden RI ke 4 yang juga Putra KH. Wahid Hasyim bin Hasyim Asy’ari.
Puji Syukur Alhamdulillah, Rombongan Asatidz dapat berziarah kemakam keluarga PP. Tebuireng dan bersilaturrahmi dengan Pengasuh PP. Tebuireng. Pada kesempatan ini, KH. Lukman Hakim yang langsung menyambut Rombongan dari PP. Nahdlatussubban sebagai perwakilan dari KH. Sholahuddin Wahid (Pimpinan PP. Tebuireng).

Pengasuh PP. Tebuireng menyambut Rombongan dengan sangat harmoni, beberapa Asatidz dari PP. Tebuireng pun turut menyertai penyambutan tersebut. Kesempatan ini pun dimanfaatkan oleh Dewan Asatidz untuk mendapatkan ilmu dari para Pengasuh dan Asatidz PP. Tebuireng Jombang.
“Semoga Silaturrahmi ini tidak berhenti disini saja, Kami harapkan jalinan yang sudah ada, tidak akan macet ditengah jalan” Pesan KH. Lukman Hakim pada saat penyambutan rombongan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH PONDOK PESANTREN NAHDLATUSSUBBAN ARJOWINANGUN PACITAN

Pesantren Nahdlatussubban berdiri sejak tanggal 9 Juli 1964 M. Pesantren yang berada di Desa Arjowinangun Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan yang biasa disebut dengan julukan Lor Jere. Pesantren yang terbentuk dengan kealiman dan keuletan sosok yang menjadi panutan, contoh dan teladan bagi para santri dan masyarakat, beliau adalah putra pertama dari lima bersaudara. Ayah beliau bernama KH. Mohammad Ja’far. Beliau mengenyam pindidikan di Bleber Sidoarjo Pacitan (sekarang menjadi SD IIC) setelah selesai dari satu tempat, beliau kembali mencari nurillahi dengan berkelana dari Kota Pace menuju ke sebuah daerah dengan sebutan Surakarta Hadiningrat atau sekarang bernama Solo. Beliau mengenyam pendidikan di Pesantren Mamba”ul Ulum. Saat mengenyam pendidikan, beliau juga membuat beberapa karangan-karangan yang masih ada sampai sekarang dan dipelajari hingga di luar negeri. Salah satu karangan beliau adalah syair dalam bentuk tulisan Pegon dengan memakai bahasa jawa. Dalam karangan b

JADWAL IMSAKIYAH WILAYAH KABUPATEN PACITAN 1445 H

  Link Download

KH. MASDUKI DJA'FAR

Alm. KH. Masduki Dja'far bukanlah kiai ndeso, bukanhanya kiai domestik tapi juga kiai Mancanegara, terbukti dengan wawancara kami dengan salah satu murid beliau yang sekarang menjadi tokoh didaerahnya (Nur Sambudi). Ia mengatakan bahwa salah satu kitab karangan KH. Masduki Dja'far yang berjudul Mitro Sejati dipelajari di luar negeri, tepatnya di Malaysia dan Singapura.