Langsung ke konten utama

NAHDLATUSSUBBAN TERBARU



Periode 2016/2017 ini menjadi salah satu tahun yang sangat bersejarah bagi Pesantren Nahdlatussubban. Pada kesempatan ini, beberapa pengasuh dan santri bersama-sama ngalap barokah dari Pesantren-pesantren tua dan para Kiai-kiai yang ada di Kabupaten Pacitan. Pada Hari Rabu (8/3) kemarin, bertepatan pada pukul 13.30 WIB para santri yang merupakan siswa kelas terakhir dari SMP Islam Nahdlatussubban sebanyak 13 anak dan MA Nahdlatussubban yang berjumlah 34 anak berkesempatan berkunjung ke Perguruan Islam Pondok Tremas Arjosari.
“Tidak semua Kiai Pondok Tremas yang dapat kami kunjungi, karena menghitung waktu yang tidak panjang dan beliau-beliau memiliki banyak kesibukan yang berbeda-beda. Kami beserta rombongan hanya dapat bertemu dengan KH. Lukman Harits Dimyathi, KH. Achid Turmudzi dan KH. Asif Hasyim Ihsan” ujar salah satu Ustadz dari Pesantren Nahdlatussubban.
Pada kesempatan ini KH. Lukman Harits Dimyathi menyampaikan beberapa pesan penting kepada hadirin yang diantaranya adalah tentang sejarah kenapa Pondok Tremas bernama Perguruan bukanya Pesantren. Beliau menyampaikan bahwa dahulu Pulau Jawa bagian Selatan menyebut pengajar atau pendidik dengan kata Guru, jadi para santri yang pada zaman dahulu menyebut Kiai di Pondok Tremas sebagai Mbah Guru. Oleh karena itu Pondok Tremas dari dahulu sampai sekarang bernama Perguruan Islam Pondok Tremas.

Setelah dari kediaman  KH. Lukman Harits Dimyathi, rombongan dari Pesantren Nahdlatussubban melanjutkan perjalanan menuju ndalem KH. Achid Turmudzi. Dalam hal ini beliau juga memberikan ilmu kepada para santri di Pesantren Nahdlatussubban disetiap hari Rabu malam.

Beliau berpesan kepada santri-santri yang hadir untuk tidak lupa dan selalu belajar diiringi dengan berdoa, agar seimbang dalam menjalani kehidupan.

Walau hanya sebentar dan singkat, pertemuan di kediaman KH. Achid Turmudzi membuat bahkan menambah gairah para santri untuk tidak melupakan tugasnya sebagai Tholabul Ilmi (Pencari Ilmu).

Setelah Adzan Ashar para santri yang dikomandoi langsung oleh Ustadz dan Ustadzah langsung bergegas untuk kemudian menuju ke kediaman KH. Asif Hasyim Ihsan. Sebagai mana kepribadian KH. Asif yang humoris, beberapa kali Ustadz yang masih belum berpasangan menjadi sasaran candaan beliau.

Sebagai mana yang disampaikan KH. Asif Hasyim Ihsan untuk menanam kebaikan. Apabila dalam sebuah pohon Mangga buahnya asam, maka harus di ganti dengan mangga yang manis. Sebagaimana manusia harus seperti itu.

Cukup banyak yang KH. Asif wejangkan kepada Ustadz,Ustadzah dan para santri. Hingga petang pun menunggu untuk segera menyingsing dan pada akhirnya beliau menutup pertemuan pada hari itu dengan doa.

Selang dari kediaman KH. Asif, rombongan langsung melesat menuju Makbaroh Gunung Lembu untuk berziarah bersama-sama dan mengakhiri agenda sowan-sowan pada bulan ini.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH PONDOK PESANTREN NAHDLATUSSUBBAN ARJOWINANGUN PACITAN

Pesantren Nahdlatussubban berdiri sejak tanggal 9 Juli 1964 M. Pesantren yang berada di Desa Arjowinangun Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan yang biasa disebut dengan julukan Lor Jere. Pesantren yang terbentuk dengan kealiman dan keuletan sosok yang menjadi panutan, contoh dan teladan bagi para santri dan masyarakat, beliau adalah putra pertama dari lima bersaudara. Ayah beliau bernama KH. Mohammad Ja’far. Beliau mengenyam pindidikan di Bleber Sidoarjo Pacitan (sekarang menjadi SD IIC) setelah selesai dari satu tempat, beliau kembali mencari nurillahi dengan berkelana dari Kota Pace menuju ke sebuah daerah dengan sebutan Surakarta Hadiningrat atau sekarang bernama Solo. Beliau mengenyam pendidikan di Pesantren Mamba”ul Ulum. Saat mengenyam pendidikan, beliau juga membuat beberapa karangan-karangan yang masih ada sampai sekarang dan dipelajari hingga di luar negeri. Salah satu karangan beliau adalah syair dalam bentuk tulisan Pegon dengan memakai bahasa jawa. Dalam karangan b

JADWAL IMSAKIYAH WILAYAH KABUPATEN PACITAN 1445 H

  Link Download

KH. MASDUKI DJA'FAR

Alm. KH. Masduki Dja'far bukanlah kiai ndeso, bukanhanya kiai domestik tapi juga kiai Mancanegara, terbukti dengan wawancara kami dengan salah satu murid beliau yang sekarang menjadi tokoh didaerahnya (Nur Sambudi). Ia mengatakan bahwa salah satu kitab karangan KH. Masduki Dja'far yang berjudul Mitro Sejati dipelajari di luar negeri, tepatnya di Malaysia dan Singapura.