Langsung ke konten utama

149-150

Sabtu (4/3) kemarin menjadi hari yang sangat ditunggu-tunggu oleh para santri yang tergabung di Sangga Kerja Penegak Bantara. Para Penegak Bantara yang berpangkalan di Madrasah Aliyah Nahdlatussubban itu bersama-sama menguji adrenalin untuk menikmati dan mempelajari dunia. Hiking pun mereka lakukan untuk menguji kepiawaian mereka dalam menguasai olah rasa, olah fikiran, olah jasmani dan olah rohani untuk menguatkan tekat dalam menempuh perjalanan yang tak biasa.
Para Penegak Bantara yang sekarang duduk di bangku kelas 11 Madrasah Aliyah itu saling mengadu kecakapan dan kepiawaianya dalam menjalankan 10 Darma yang menjadi acuan utama bagi Praja Muda. Baik yang bersifat individu ataupun sosial, semuanya adalah demi menjalankan kehidupan yang lebih bermartabat dan tak lupa kepada Tuhan.
Pada kegiatan ini pula Kakak Pembina turut serta dalam jalanya kegiatan yang telah menjadi rencana jangka panjang para Penegak Bantara. Beliau berpesan kepada para adik-adik Bantara "Bahwa hidu bukan hanya untuk menghabiskan dalam kenikmatan, tetapi bagaimana kita dapat menjalankanya dengan penuh tanggung jawab dan keprihatinan".
19.30 WIB berangkat dari Pesantren Nahdlatussubban yang menjadi tempat mukim para Penegak Bantara dan kurang lebih sekitar pukul 02.30 WIB para Praja Muda itu telah sampai di Gunung Lanang dengan berjalan kaki dan kemudian beristirahat sejenak untuk melanjutkan darma-darma yang belum terselesaiakan untuk pada akhirnya pada sekitar pukul 08.15 WIB para Penegak Bantara telah kembali ke Pesantren Nahdlatuusbban karena telah menyelesaikan tugas-tugas yang ada. Pada kegiatan itu pula dilantik kembali para Penegak Bantara yang baru untuk bersama-sama menjalankan tugas dan kewajiban dalam kehidupan. sebanyak 25 Penegak bersama-sama mengikuti jalanya kegiatan ini. mulai dari Calon-calon Bantara dan Para Penegak Bantara.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH PONDOK PESANTREN NAHDLATUSSUBBAN ARJOWINANGUN PACITAN

Pesantren Nahdlatussubban berdiri sejak tanggal 9 Juli 1964 M. Pesantren yang berada di Desa Arjowinangun Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan yang biasa disebut dengan julukan Lor Jere. Pesantren yang terbentuk dengan kealiman dan keuletan sosok yang menjadi panutan, contoh dan teladan bagi para santri dan masyarakat, beliau adalah putra pertama dari lima bersaudara. Ayah beliau bernama KH. Mohammad Ja’far. Beliau mengenyam pindidikan di Bleber Sidoarjo Pacitan (sekarang menjadi SD IIC) setelah selesai dari satu tempat, beliau kembali mencari nurillahi dengan berkelana dari Kota Pace menuju ke sebuah daerah dengan sebutan Surakarta Hadiningrat atau sekarang bernama Solo. Beliau mengenyam pendidikan di Pesantren Mamba”ul Ulum. Saat mengenyam pendidikan, beliau juga membuat beberapa karangan-karangan yang masih ada sampai sekarang dan dipelajari hingga di luar negeri. Salah satu karangan beliau adalah syair dalam bentuk tulisan Pegon dengan memakai bahasa jawa. Dalam karangan b

JADWAL IMSAKIYAH WILAYAH KABUPATEN PACITAN 1445 H

  Link Download

KH. MASDUKI DJA'FAR

Alm. KH. Masduki Dja'far bukanlah kiai ndeso, bukanhanya kiai domestik tapi juga kiai Mancanegara, terbukti dengan wawancara kami dengan salah satu murid beliau yang sekarang menjadi tokoh didaerahnya (Nur Sambudi). Ia mengatakan bahwa salah satu kitab karangan KH. Masduki Dja'far yang berjudul Mitro Sejati dipelajari di luar negeri, tepatnya di Malaysia dan Singapura.