Pacitan sebagai salah satu pusat dari peradaban pendidikan klasik
mempunyai beberapa keunikan dan ciri. Sebagai kota yang berada dipesisir
Pantai Selatan, Pacitan sangat khas dengan Pesantren-pesantren shalaf,
dengan sebuah pesantren legendaris yang terletak di Kecamatan Arjosari.
Perguruan Islam Pondok Tremas adalah cikal bakal dan pusat ulama-ulama
dunia, mulai dari Syech Mahfudz yang menjadi ulama besar di Timur
Tengah, KH. Mustofa Bisri Rembang dan masih banyak lagi.
Pacitan yang kian hari semakin tertata dengan beberapa sektor, mulai dari pariwisata yang semaikin mendapatkan angin segar dari berbagai kalangan dan pendidikan yang semakin memadai, baik yang bersifat klasik maupun yang bersifat modren.
Pacitan yang kian hari semakin tertata dengan beberapa sektor, mulai dari pariwisata yang semaikin mendapatkan angin segar dari berbagai kalangan dan pendidikan yang semakin memadai, baik yang bersifat klasik maupun yang bersifat modren.
Bergeser sedikit kesebelah selatan kecamatan
Arjosari. Tepatnya dipusat kota Pacitan yang berjarak sekitar 2
kilometer dari Pendopo Kabupaten. Desa Arjowinagnun yang masyarakatnya
mayoritas awam dan bukan berlatar belakang masyarakat pesantren malah
dapat menjadikan sebuah hunian dan kajian ilmu agama Islam berkembang.
Berada di pusat kota bukan berarti kalah dengan para santri yang jauh
dari keramaian. Pesantren Nahdlatussubban salah satunya, berdiri di desa
yang cukup ramai dengan aktifitas masyarakat perkotaan tak membuatnya
goyah para santri untuk tetap menegakan prinsip-prinsip Ahlusunnah
Waljamaah Annahdliyah.
Para santri yang ada di Pesantren Nahdlatussubban adalah santri yang menimba ilmu mulai dari Madrasah Diniyah Ula, Sekolah MEnengah Pertama Islam hingga Madrasah Aliyah.
Para santri yang ada di Pesantren Nahdlatussubban adalah santri yang menimba ilmu mulai dari Madrasah Diniyah Ula, Sekolah MEnengah Pertama Islam hingga Madrasah Aliyah.
Beberapa hal yang menjadi
agenda wajib dari para santri adalah ketika malam Jumat tiba. Mereka
bersama-sama mengenakan pakaian kecintaan baginda Muhammad SAW, yaitu
putih untuk bersama-sama mengumandangkan kalimat-kalimat pujian kepada
Rosululloh SAW. Kegiatan mereka diawali dengan pembacaan tawasul kepada
para sesepuh yang ada di Kabupaten Pacitan. Sekitar pukul 19.00 WIB
sesudah makan malam, santri-santri berkumpul di halaman Pesantren untuk
memulainya. Bersama para Ustadz di malam yang mulia bersama-sama
mengumandangkan Sholawat kepada Nabi SAW. Kegiatan Dzibaiyah yang
menjadi ajang ibadah dan berkarya seni, para santri yang tergabung dalam
Majlis Sholawat Nahdlatussubban bertugas untuk memimpin jalanya
acara dengan memainkan alat-alat rebana dengan berbagai kreasi. Pada
kesempatan itu juga Pengasuh Pesantren Nahdlatussubban memberikan arahan
dan juga motivasi untuk segenap hadirin pada acara rutinan itu, dan
bersamaan dengan itu Pengasuh Pesantren Nahdlatussubban mengakhirinya
dengan pembacaan do’a.
Komentar
Posting Komentar